Rabu, 09 Januari 2019

Contoh KTI Radiologi Mengenai HSG ( histerosalfingografi)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Di Indonesia banyaknya pasangan infertilitas dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah menikah dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, menurut sessus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun kota atau kira-kira 3 juta pasangan infertilitas di Indonesia. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertilitas memperoleh anak yang diinginkan. Itu berarti separuhnya lagi menempuh hidup tampa anak. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan (bayi tabung) atau membesarkan janin dari wanita lain. Masih banyak pasangan yang harus menahan perasaan karena tidak merasa disapa, mereka berobat dari satu dokter kedokter lain karena kurangnya bimbingan dan penyuluhan tentang cara-cara pengolahan pasangan infertilitas. (Sarwono,2005, 496)
Salah satu indikasi dari pemeriksaan histerosalpingografi ( HSG ) adalah infertilitas baik infertilitas primer maupun infertilitas sekunder. Infertilitas adalah suatu kondisi atau bisa juga penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan yang berhubungan intim dengan teratur, tanpa alat kontrasepsi, tidak dapat menghasilkan keturunan dalam waktu satu tahun. Atau bisa pula keadaan pada wanita yang mengalami keguguran berulang kali. (Sarwono,2005)
Infrttility merupaka masalah dalam bidang reproduksi, disamping menjadi masalah bagi pasangan suami istri yang infertilitas, juga dalam hal trutama menegakan diagnosa penyebab infertilitas. Penekanan penatalaksanaan pasangan infertil adalah pasangan suami istri harus dipandang satu kesatuan biologis, kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainya sehingga kehamilan dapat berlangsung, pemeriksaan terhadap penyebabnya harus diketahui. Pasangan infertil sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah dijadwalkan, pemeriksaan terhadap suami meliputi pemeriksaan fisik umum, fisik khusus dan pemeriksaan anailis sperma. Kelainan kelainan bawaan dari traktus genetalia wanita seingkali juga menimbulkan letak abnormal dalam kandungan, adapun kelainan nya adalah vulvaganitis, infertilitas, kangker serviks, endometrios, hyperplasia endrometrium, polip serviks, leiomioma, karsinima ovarium karsinoma tuba fallopi, hidrosalfing. (Irianto,2004)
Histerosalfingografi (HSG), juga dapat disebut sebagai uterosalfingigrafi adalah pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk membantu mendiaknosa tumor, masa, atau kelainan bawaan, intrauterus atau dimana tuba fallopi mungkin tersumbat. Sebuah HSG menggunakan bentuk khusus dari sinar, yang disebutfluroskopi dan bahan kontras. meskipun pemeriksaaan ini akurat untuk mengakses uterusdan tuba akan tetapi memiliki sensitifitas yang rendah dalam mendiagnosis adhesi pelvis sehingga tidak dapat menggantikan pemeriksaan fluroskopi. Waktu yang optimum untuk melakukan pemeriksaan HSG adalah pada hari ke 9 sampai hari ke 10 sesudah haid dimulai, pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput ender uterus sifatnya tenang. (Rasad Sjahriar,2005)
Hasil prasurvey  penulis dalam pemeriksaan histerosalfingografi (HSG) dengan hasil selama bulan oktober sampai dengan bulan desember 2017 pemeriksaan HSG dengan kasus infertilitas sebanya 23 kali pemeriksaan namun penulis menemukan  suatu kasus pada klinis hidrosalfing. Pasien dengan klinis hidrosalfing jarang ditemui.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan pemeriksaan histerosalfingografi (HSG) untuk mengetahui adanya infertilitas  dan untuk mengkaji lebih jauh tentang pemeriksaan hysterosalpingografi ( HSG ) pada kasus infertilitas, maka penulis mengangkatnya pada kontrak belajar dengan judul” TINJAUAN  PEMERIKSAAN HISTEROSALPINGOGRAFI  (HSG) DENGAN INDIKASI INFERTILITAS DI INSTALASI RUMAH SAKIT MITRA HUSADA PRINGSEWU "
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah teknik  pemeriksaan HSG (histerosalfingografi) dengan indikasi infertilitas di instalasi radiologi Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu?”


1.3  Batasan Masalah           
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis hanya membatasi  permasalahan pada teknik pemeriksaan hsg dengan indikasi infertilitas menggunakan Media Kontras.
 1.4      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya Tulis Ilmiah ini adalah :
1.4.1        Tujuan Umum
Mengetahui prosedur teknik pemeriksaan hsg (histerosalfingografi) dengan indikasi infertilitas di Instalasi  Radiologi Rumah Sakit  Mitra Husada Prinsewu
1.4.2        Tujuan Khusus
1.      Mengetahui persiapan pemeriksaan HSG (histerosalfingografi) di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu
2.      Mengetahui Teknik pemeriksaan HSG (histerosalfingografi) dengan indikasi infertilitas di  Instalasi  Radiologi Rumah sakit Mitra Husada Prinsewu
3.      Mengetahui hasil gambaran. HSG (histerosalfingografi) dengan indikasi infertilitas di  Instalasi  Radiologi Rumah Sakit Mitra Husada Prinsewu
1.5  Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:


1.5.1    Bagi Instalasi Radiologi di RS Mitra Husada
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran serta dapat menambah wawasan yang berguna bagi radiografer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mitra Husada pringsewu, khususnya mengenai HSG dengan indikasi infertilitas
1.5.2    Bagi Institusi ATRO Patriot Bangsa Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan tambahan ilmu bagi mahasiswa ATRO Patriot Bangsa Lampung.
1.5.3    Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Teknik pemeriksaan radiografi HSG dengan indikasi infertilitas di  Instalasi  Radiologi Rs Mitra Husada Prinsewu.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima Bab. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tersusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I      PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II     TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang Landasan Teori menjelaskan tentang (Anatomi Fisiologi pelvis, Patologi, Histero Salpingo Grafi  (HSG), Anatomi, Prosedur Pemeriksaan HSG dengan indikasi infertility, Proteksi Radiasi, Kerangka Konsep dan Definisi Operasional.
BAB III   METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang Desain / Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Sampel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen yang digunakan dalam Pengumpulan Data dan Analisa Data.
BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
BAB V     PENUTUP
Dalam bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi
Organ pelvis terletak di bawah, berhunungan dengan rongga abdomen di bentuk oleh os iski dan os pubis pada sisi samping dan depan. Os sacrum dan os coksigis membentuk batas belakang dan pinggiran pelvis di bentuk oleh promontorium sacrum di belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sacrum . (Syaifuddin,2006:250)
Pintu keluar pelvis (pintu bawah) dibatasi oleh os coksigis dibelakang simpisis pubis, di depan lengkung os pubis, didepan lengkung os pubis, os iksi, serta ligamentum yang berjalan dari os iksi dan os sacrum disetiap sisi, pintu keluar ini membentuk dasar pelvis. Dasar pelvis dibentuk oleh dua berkas otot. (Syaifuddin,2006:250)
2.1.1 Sistem reproduksi wanita
Alat reproduksi wanita terdiri dari genetalia eksterna dan genetalia interna interna. (Tawoto,2009:243)
1.      Genetalia eksterna
Genetalia eksterna wanita meliputi, mons pubis, labiya mayora, labiya minore, klitoris, vestibulum, introitus, atau orificium, vagina dan verineum. (Tarwoto,2009,240)
a.       Vulva atau pudendum
Merupakan area genetalia eksterna wanita yang membentang dari mons pubis sampai tepi perineum. 
b.      Mons pubis atau mons veneris
Merupakan jaringan lemak subkutan dari jaringan konektif yang melapisi simpisis pubis
c.       Labiya mayora
Merupakan dua lipatan kulit melengkung yang menutipi lemak dan jaringan ikat  yang menyatu dengan mons pubis dan berhubunga dengan perineum pada bagian bawah.
d.      Labiya minora
Merupakan lipatan jaringn tipis dibawah labiya mayora, tidak mempunyai folikel rambut, membentang dari bawah klitoris sampai dengan fourchette.
e.       Klitoris
Klitoris homolog terletak pada superior vulva, tepat dibawah arkus pubis.
f.       Vestibulum
Merupakan area tertutup oleh labiya minora, terletak diantar klitoris, labiya minora dan fourchette, dalam vestibulum terdapat muara muara dari :
1)      Liang senggama (introitus vagina)
2)      Uretra
3)      Kelenjar bartolin
4)      Kelenjar skene kiri dan kanan
g.      Introitus atau orificium vagina
Merupakan daerah dibawah versibulum, pada daerah disekitar introitus  vagina terdapat lipatan tipis yang tertutup mukosa, bersipat elestis yang disebut hymen atau selaput dara.
h.      Perineum
Merupakan dareah muscular yang ditutupi kulit, terletak antara introitus vagina dan anus.
Gambar 2.1 gambaran genitalia eksterna wanita
(syaifuddin,2006,251)
2.      Genetalia interna
Genetalia interna wanita terdiri atas vegina, uterus, tuba falopi, da ovarium. (Tarwoto,2009:244)
a.       Vagina
Merupakan sauran mucular elastis mulai dari vestibulum, sampai dengan serviks, terletak antara kantung kemih, uretra dan rectum.

b.      Uterus
Uterus merupakan organ muscular berentuk kantong sepwrti buah pear yang terletak di rongga pelvis antara kantung kemih dengan rektrum. Posisi uterus normarlnya antrflesi (menekuk dan maju kedepan) panjangnya sekitar 7,5 cm dengan berat kira kira 60 gram.
c.       Tuba uterina
Disebut juga tuba fallopi atau oviduk, merupakan saluran tempat ovum (sel telur) berjalan menuju uterus. Di tempat ini terjadi fertilisasi atau pembuahan antara sel telur dengan sperma.
Tuba fallopi di bagi menjadi menjadi empat bagian yaitu infundibulum, ampula, isthumus dan interstitialis.
1)      Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus
2)      Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya
3)      Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar
4)      Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria.
d.      Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar yang berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterina dan terikat disebelah belakang ligamentum latum uterus.
Fungsi dari ovarium antara lain : (syaifuddin,2006,253)
1)      Memproduksi ovum
2)      Memproduksi hormon estrogen
3)      Memproduksi progesterone.
Gambar 2.2 gmbaran genitalia interna wanita
(syaifuddin,2006,251)
2.2    Patologi
Pemeriksaan histerosalfingografi (HSG)kini telah merupakan pemeriksaan rutin di tiap rumah sakit yang mempunyai peralatan rontgen yang cukup besar. Di negri kita pemeriksan ini dilakukan sendiri oleh ahli radiografi dengan atau bantuan fluoroscopy. (Rasad,sjahlrial,2005,321)
Waktu yang opimum untuk melakukan HSG ialah pada hari ke 9-10 setelah haid berhenti. Pada saat itu biasanya  haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus sifatnya tenang. Bilamana masih adanya pendarahan, dengan sendirinya HSG tidak boleh dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembulu darah balik. (Rasad,sjahlrial,2005,321)

2.2.1   Indikasi HSG
Salah satu indikasi pemeriksaan HSG adalah ketidak suburan (infertilitas). Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan suami bisa menghamili. Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
 Menurut Manuba tahun 1998  Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil. Infertilitas primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil. (Siswandi, 2006).
Indikasi pemeriksaan dari dari suatu pemeriksaan HSG adala antara lain sebagai berikut: (Siswandi, 2006).
1.      Sterilisasi primer dan skunder
2.      Infertilitas primer dan skunder
3.      Menentukan lokasi IUD,apakah intrauterine atau tidak ( translokasi IUD).
4.      Pendarahan pervagina minimal, akibat mioma, polip adenomatous uteri.
5.      Kelainan bawaan uterus, misalnya unicornis, bicornis, uterus septus, dll.
6.      Tumor cavum uteri.
7.      Hidrosalping, yaitu salah satu bentuk peradangan kronik pada salping dan sering merupakan hasil akhir dari pyosalping dengan resorbsi eksudat purulan diganti dengan cairan jernih.
8.      Tuba non paten yaitu tuba yang oklusi sehingga sprema tidak bisa mencapai ampula untuk membuahi ovum.
9.      Selain itu HSG memberikan gambaran tentang kelainan-kelainan uterus dan kanalis servisis. Dengan demikian kelainan-kelainan bawaan uterus dapat diketahui. Kadang-kadang HSG juga dikerjakan sesudah operasi tuba untuk sterilitas guna menentukan berhasilnya tindakan operatif 3
10.  Pemeriksaan HSG sekarang juga dilakukan untuk menentukan apakah IUD (intra-uterine device) masih ada dalam kavum uteri. Untuk indikasi ini, sebaiknya dibuat dahulu foto polos abdomen untuk melihat apakah IUD masih didalam abdomen. Jika tidak nampak lagi, IUD yang sengaja dibuat opak, maka HSG tidak perlu dilakukan. Jika IUD berada jauh dari lokasi uterus, misalnya di abdomen bagian atas, maka dengan sendirinya HSG tidak perlu dikerjakan lagi .
11.  Selain itu terbukti bahwa HSG juga mempunyai efek terapeutik, bahwasannya kehamilan sering terjadi segera sesudah pemeriksaan HSG dilakukan. Kemungkinan besar kontras membuka secara mekanis obstruksi-obstruksi yang disebabkan oleh sekret, melepaskan adesi yang ada dalam tuba, meluruskan bengkokan tuba dan menimbulkan peristaltik yang lebih aktif karena masuknya bahan kontras. Kalau memang demikian, maka pemakaian kontras yang dicampur dalam minyak seperti lipiodol ultrafluid dapat menyebabkan kehamilan lebih banyak dibandingkan dengan pemakaian kontras yang cair
12.  HSG juga diindikasikan jika ada perdarahan per vaginam sedikit, misalnya disebabkan oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus, dan lain-lain. HSG juga dapat dilihat jika ada kelainan bawaan uterus atau adhesi dalam kanalis servisis dan kavum uteri yang dapat menyebabkan abortus.
HSG kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut pada cerviks dan uterus.
13.  Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu diperiksa dengan HSG untuk melihat lokasi, ekstensi, dan bentuk tumor. Tumor maligna seperti koriokarsinoma memperlihatkan bentuk yang khas pada HSG
14.  Sekarang HSG juga perlu dilakukan pada kasus-kasus inseminasi buatan. Sebelum melakukan inseminasi, sebaiknya dilakukan HSG untuk melihan kelainan pada traktus genitalis
15.  Abortus berulang: menggambarkan apakah ada kelainan bawaan pada kavum uteri. Memonitor pasca operasi tuba, seperti pada prosedur sterisilasi.
16.  sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba. Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Hal ini memberikan gambaran yang khas karena bahan kontras akan tersebar diantara lingkaran-lingkaran usus dalam perut.
2.2.2   Kontra indiksi
Pada umumnya penentuan indikasi pemeriksaan HSG dibuat oleh para ahli obstetriginekologi. Proses proses inflamasi yang akut pada abdomen merupakan kontra indikasi pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan karena ada bahayanya terjadinya abortus. Radiasi perhadap fetus tinggi sekali, pada umumnya pada hamil muda tidak boleh dilakukan pemeriksaan rontgen  karena sel sel fetus masih dalam stadium pembagian yang aktif . (Rasad,sjahlrial,2005:323)
Kontra indikasi pada pemeriksaan HSG adalah antara lain : (Rasad,sjahlrial,2005:323)
1.      Pendarahan pervagina yang berat
2.      Inferksi organ bagian genital baik bagian luar maupun bagian dalam
3.      Menstuasi
4.      Hamil
5.      Infeksi pelvis yang aktif dapat menyebakan infeksi
6.      Penyakit ginjal atau jantung yang berat
7.      Hipersensitifvitas pada zat kontras
8.      Pasien yang baru di kuretase
9.       kehamilan
10.  Seminggu sebelum menstruasi berikutnya dan belum lebih seminggu setelah menstruasi
11.  Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen merupakan kontra indikasi. Pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan, karena bahaya terjadinya abortus. Lagi pula radiasi terhadap fetus tinggi sekali.
12.  Pada umumnya pada hamil muda tak boleh dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, karena sel-sel fetus masih dalam stadium pembagian yang aktif. Kontra indikasi lain adalah perdarahan pervaginam yang berat.
13.  Pemeriksaan tertentu harus ditunda sampai perdarahan berhenti. Jika ada perdarahan, maka bahan kontras bias masuk kedalam vena uterina dan vena ovarii, masuk kedalam vena kava inferior, jantung sebelah kanan, kemudian masuk kedalam paru-paru.
14.  Tuberkulosis aparat genital tidak merupakan kontra indikasi yang absolut, malahan kadang-kadang penyakit ini ditemukan pada pemeriksaan HSG.
15.  HSG juga tidak boleh dilakukan segera setelah dikerjakan kuretase atau dilatasi kanalis servikalis, karena ada kemungkinan masuknya kontras kedalam vena-vena sekitar uterus.
16.  Penyakit ginjal dan jantung yang sudah lanjut juga merupakan kontra indikasi untuk dilakukan HSG.
17.  Pemeriksaan HSG juga tidak dilakukan segera setelah dan sebelum menstruasi karena pada saai ini, endotel menebal dan dapat terjadi intravasasi kontras, sehingga interpretasi foto akan lebih sulit.
2.2.3        Komplikasi Pemeriksaan HSG
Pada umumnya pemeriksaan HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa nyeri pada waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri dalam beberapa jam. Kadang-kadang timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock) karena pasien sensitif terhadap zat kontras. Tensimeter dan obat-obat untuk keadaan darurat harus selalu tersedia. Keadaan ini biasanya dapat ditanggulangi dengan mudah pada pemeriksaan HSG. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
Resiko radiasi pada pemeriksaan HSG tidak bisa kita hiraukan begitu saja, namun keakuratan diagnosis juga sangat dibutuhkan, sehingga resiko radiasi tidak menjadi penghalang bagi kita utuk melakukan pemeriksaan HSG . (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
Pada proses inflamasi, infeksi pelvis, penyakit menular seksual yang tidak diobati, yang tidak dideteksi oleh dokter, dapat menjadi lebih parah akibat pemeriksaan ini. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
2.3    Prosedur Pemeriksaan HSG
2.3.1        Waktu Pemeriksaan
HSG dilakukan dengan menyemprotkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam rongga rahim melalui vagina. Kemudian dilakukan foto rontgen hingga akan terlihat apakah zat kontras tersebut masuk ke dalam saluran telur atau tidak. Bila masuk, berarti bebas dari perlekatan atau penyumbatan yang dalam istilah medis disebut paten. Sebaliknya bila zat kontras tidak dapat memasuki saluran telur nonpaten. Hanya saja pemeriksaan khusus ini tidak dapat dilakukan sembarang waktu. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
Waktu pemeriksaan yang te       pat adalah hari ke-9, ke-10 atau ke-11 dalam siklus haid (dihitung sejak hari pertama mendapat haid). Umumnya saat memasuki hari ke-9, haid telah selesai dan belum terjadi ovulasi (dilepaskannya sel telur dari indung telur). Sebaiknya HSG dilakukan seminggu setelah menstruasi, sebelum ovulasi untuk meyakinkan bahwa pasien tidak sedang hamil pada saat pemeriksaan. HSG tidak boleh dilakukan bila ada tanda-tanda inflamasi. Diperhatikan apakah ada infeksi pelvis kronis dan penyakit menular seksual pada saan pemeriksaan. Malam sebelum pemeriksaan, pasien diberi laksatif untuk mengosongkan saluran cerna, sehingga uterus dan struktur disekitarnya terlihat dengan jelas. Beberapa saat sebelum pemeriksaan dapat diberikan sedatif ringan untuk mengurangi ketidaknyamanan, Antibiotik juga dapat diberikan sebelum dan sesudah pemerksaan. Harus dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, juga dijelaskan akan rasa sakit yang akan dialami pasien. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
Mengapa harus dilakukan setelah haid selesai? Ini dimaksudkan agar cairan kontras tadi tidak ikut masuk ke pembuluh darah yang saat menstruasi dalam keadaan terbuka. Kalau sampai ikut masuk dikhawatirkan akan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Pemilihan hari-hari yang diasumsikan belum terjadi ovulasi sebagai hari pemeriksaan pun bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur. Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam saluran telur dikhawatirkan dapat memengaruhi kualitas sel telur. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
Secara teknis, pelaksanaan HSG biasanya menimbulkan rasa nyeri dan tak nyaman karena cairan yang mengandung zat kontras tadi disemprotkan melalui vagina. Akan tetapi bila yang bersangkutan merasa takut, dapat dilakukan pembiusan lokal guna mengurangi rasa nyeri. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
2.3.2        Persiapan Pemeriksaan
1.      Persiapan Pasien
Persiapan pasiem sebelum melakukan pemeriksaan HSG adalah: (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
a.       Pasien melakukan perjanjian
b.      Pasien menadatangani surat formulir penyataan
c.       Pasien diberitahukan beberapa pemeriksaan. Diantaranya :
1)      Pasien dilarang coitus (melakukan hubungan suami istri sebelum dilakukan pemeriksaan agar tidak mengganggu pemeriksaan agar rahim dalam keadaan bersih tidak terdapat sperma.
2)      Pemeriksaan HSG dilakukan pada hari 9-12 dilihat dari siklus haid dan dihitung dari haid pertama.
d.      Pemeriksaan dilakukan setelah semua persiapan dilakukan dengan bbaik
e.       Pasien diberikan satu tablet spasium dan langsung diminum sebelum pemeriksaan.
f.       Pasien ganti baju diruang ganti pasien.
g.      Lalu supine diatas meja pemeriksaan dan diberikan alas bokong.
h.      Tiga puluh menit sebelum pemeriksaan pasien disuntikkan valium intra musculer.
2.3.3        Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG adalah: (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
1.      Pesawat ronsen dengan flouroscopy
2.       Peralatan proteksi radiasi
a.       Steril
1)      Sonde uterus
2)      Speculum vagina
3)      Tenaculum (portio tang)
4)      HSG set
5)      Conus dengan ukuran S,M,L
6)      Sarung tangan steril
7)      Kain kassa steril
8)      Kanula injection dan dyiring



Sonde uterus
HSG Set
Tenaculum (portio tang)
Speculum vagina
Gambar 2.3 gambaran alat HSG steril

b.      Tidak steril
1)      Lampu sorot
2)      Bengkok
3)      Film ukuran 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm untuk meliputi daerah vesika dan uterus dalam pelvis.
4)      Jika ada indikasi, maka ada kalanya perlu dibuat foto seluruh abdomen termasuk lengkung diafragma kanan dan kiri, biasanya cukup dengan film ukuran 30 x 40 cm.
5)      Pada infertilitas kadang-kadang diperlukan juga membuat radiogram paru, karena infertilitas mungkin merupakan akibat penyakit tuberculosis paru yang masih aktif.
6)      Proteksi Radiasi; Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga radiasi seminimum mungkin karena penggunaan kilovolt yang tinggi. Intensifikasi bayangan harus dijaga kualitasnya sebaik mungkin. Begitu juga dengan tangan yang memberikan injeksi contrast pada saan fluoroskopi harus dilindungi. Perlindungan dibuat dari lembaran timah karet yang tebal diletakkan dibawah kaki pasien dengan batas bagian atas tepat dibawah simfisis pubis. Sorotan sinar-X harus disejajarkan agar tangan ginekologis tidak teradiasi.
7)      Peralatan Peralatan radiologi yang digunakan meliputi: meja radiologi, tabung sinar-x dan monitor yang berada di ruang pemeriksaan atau dekat ruang pemeriksaan. Untuk melihat gambaran pada proses pemeriksaan, gambaran sinar-x di ubah menjadi gambaran video, disaat yang bersamaan radiographer mengambil gambar yang dicetak pada film
2.3.4        Teknik Radiografi
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengerjakan HSG ini. Menurut Sutton pemeriksaan ini lebih memuaskan apabila dikerjakan dibawah anestesi umum, baik bagi pasien maupun untuk kepentingan diagnosa yang akurat. Tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa tidak diperlukan sedatif maupun anestesi untuk mengerjakan HSG. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
1.      Plain Foto
Sebelum pemeruksaan dimulai dilakukan plain foto terlebih dahulu antara lain sebagai berikut:
a.       Pasien tidur diatas meja pemeriksaan
b.      Atur posisi pasien agar pelvis simetris
c.       Sentrasi kurang lebih dari 2,5 cm garis tengah antara kedua sias atau 2 inchi di atas symphisis pubis
d.      Sinar diarahkan tegak lurus film
2.      Pemasangan alat dan pemasukan bahan kontras
a.       Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan, bagian bokong pasien di beri alas
b.      Posisi pasien litotomi (cytoscopic position), lutut fleksi. sebelum dilakukan pemasangan alat HSG, pasien diberitahukan tentang pemasangan alat dengan maksud agar pasien mengerti dan tidak takut.
c.       Lampu sorot diarahkan kebagian genetalia untuk membantu penerangan.
d.      Bagian genetalia eksterna dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril.
e.       Speculum dimasukkan ke liang vagina secara perlahan-lahan.
Gambar 2.4 gambar posis pemasangan speculum

f.       Cervix dibersihkan dengan betadine menggunakan kassa steril dan alat forceps/tenaculum.
g.      Untuk mengetahui arah dan dalamnya cavum uteri digunakan sonde uterus.
h.      Portio dijepit dengan menggunakan tenaculum agar bagian dalam cervix dapat terbuka.
i.        Conus dipasang pada alat canulla injection yang telah dihubungkan dengan syiringe yang berisi bahan kontras kemudian dimasukkan melalui liang vegina sehingga conus masuk ke dalam osteum uteri oksterna (ke dalam cervix).
j.        Tenaculum dan alat salphingograf di fixasi, agar kontras media yang akan dimasukkan tidak bocor.
k.      Speculum dilepas perlahan-lahan
l.        Pasien dalam keadaan supine digeser ketengah meja pemeriksaan, kedua tungkai bawah pasien diposisikan lurus.
m.    Kemudian fluoroscopy pada bagian pelvis dan bahan kontras disuntikkan hingga terlihat spill pada kedua belah sisi.
Pada kondisi tertentu pasien tidak tahan terhadap bahan yang terbuat dari metal, maka bisa digunakan kateter dengan prosedur sebagai berikut : (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
a.       Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina dibersihkan dengan desinfektan. Diberikan juga obat antiseptic pada daerah cervix.
b.      Speculum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan cateter masuk. Bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadine, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
c.       Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter. Sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
d.      Dengan bantuan long forceps, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
e.        Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna dan ostium externa. Balon ini harus terkait erat pada canalis servicalis, kemudian speculum dilepas.
f.       Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksaan, dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih.
g.       Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil spot film radiografnya.
h.      Balon dikempiskan dan cateter dapat ditarik secara perlahan.
i.        Daerah vagina dibersihkan.
Gambar 2.5 gambaran HSG menggunakan kateter
3.      Proyeksi Ap
a.       Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai lurus, pelvis rapat pada meja pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendedelenberg.
b.      Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang melintang
c.       Bahan kontras : disuntikkan 2-5 cc
d.      Central ray : pada 2 inci superior symphisis pubis
e.       Kriteria gambar : gambar yang tampak adalahpengisian bahan kontras ke dalam tube fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan spill pada peritoneal cavity (rongga peritoneal).
Gambar 2.7 gambaran posisi pasien AP
(Merril’s Atlas Of Radiography Positions and Radiologic Prosedures Volume I, Philip W. Ballinger)


Gambar 2.8 gambaran kreteria radiograf HSG post contras AP

4.      Proyeksi oblique Kanan
a.      Posisi pasien : supine, tungkai kanan lurus,panggul bagian kiri diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kanan merapat ke meja
b.      Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang melintang
c.       Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan sympisis pubis bagian axilare line kanan, lalu di eksposi.
d.      Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tampak pada pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tube uterine, dan spill pada rongga peritoneum
Gambar 2.9 gambaran proyeksi olique kanan
(Ballinger W Philip, 1995)
5.      Proyeksi Oblloque Kiri
a.       Posisi pasie supine tungkai bawah kiri lurus, panggul bagian kanan diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kiri merapat ke meja pemeriksaan , kedua tangan diatas kepala, posisi meja trendelenberg.
b.      Ukuran kaset 18x24 cm diletakkan melintang
c.       Centar ray diarahkan pada pertengahan antara SIAS dengan sympisis pubis.
d.      Kreteria gambaran gambar yang tampak adalah pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tube uterus bagian kanan dan kiri serta spill di sekitar fimbrae.
Gambar 2.10 gambaran proyeksi oblique kiri
(Ballinger W Philip, 1995)

6.      Post Void
Pembersihan bahan kontras, posisi sama dengan plan foto, setelah pasien Turín untuk kencing, cebok atau jalan-jalan/ loncat-loncat di toilet supaya media contrahaz keluar.
a.    Daerah pelvis mencakup vesica urinaria
b.    Daerah uterus (pintu panggul atas terlihat di pertengahan film)
c.     Tampak sisa kontras, sebagian telah kosong
d.    Gambaran struktur reproduksi wanita Uterus:
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri yang merupakan bagian terbesar, dan ismus uteri yang menghubungkan korpus dan serviks. Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya pada nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm
Gambar 2.11 Post Mixi
(Ballinger W Philip, 1995)

2.4              Bahan Kontras
Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%). Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan mudah masuk ke dalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam rongga peritoneum dengan segera. Pada tahun-tahun terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid yang juga dipakai untuk pemeriksaan limfografi, sialografi, fistulografi, dan saluran-saluran yang halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga peritoneum .
Jumlah bahan kontras yang digunakan berbeda-beda, tergantung pasien, tetapi biasanya mendekati 10 ml. (Rasad,sjahlrial,2005,322)
Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena komplikasi yang ditimbulkannya yaitu : (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
1.      Emboli paru
2.      Granuloma pada permukaan pritoneum
3.      Pilbrosis peritoneum
4.      Penyerapan lebih lama
Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti urografin, misalnya hipaque 50% (sodium diatrizoate), endografin (meglumine iodipamide), diaginol viscous (sodium acetrizoate plus polyvinyl pyrolidone), isopaque (metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya. (http://bahan-ajar-teknik-radiografi-4/2015/05.com)
2.5    Proteksi Radiasi
Nilai Batas Dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. (Batan, 2015)


2.5.1        Proteksi Radiasi Untuk Petugas Radiasi
Nilai batas dosis untuk pekerja radiasi sebagai yang dimaksud dalam pasal 30 ayat (3) huruf a, tidak boleh melampaui: (Batan, 2015)
1.             Dosis efektif sebesar 20 mSv pertahun rata-rata selama 5 tahun berturut-turut.
2.             Dosis efektif sebesar 50 mSv dalam 1 tahun tertentu.
3.             Dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv pertahun.
4.             Dosis ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv pertahun.
5.             Dosis ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv pertahun.
2.5.2        Proteksi Radiasi Untuk Masyarakat Umum
Berikut adalah proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah : (Batan, 2015)
1.      Dosis efektif sebesar 1 mSv pertahun.
2.      Penyinaran terhadap organ atau jaringan tubuh tertentu ditetapkan dengan ketentuan :
a)      Dosis ekuivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv
b)      Dosis ekuivalen untuk kulit sebesar 50 mSv.
2.5.3        Perlengkapan Proteksi Radiasi
1.      Menyelenggarakan pemantauan paparan radiasi dengan suveymeter.
2.      Melakukan pemantauan dosis yang diterima personil dengan film badge, TLD, dan dosimeter perorangan pembacaan langsung yang sudah di kalibrasi.
3.      Menyediakan perlengkapan proteksi radiasi. (Batan, 2015)

2.6    Krangka Konsep
















Text Box: Input
Text Box: Proses
Text Box: Output













Text Box: Pasien dengan infertilitas

 









Gambar  2.1 Kerangka Konsep


2.7    Definisi Oprasional
No.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil
Ukur
Skala ukur
1
Histeroshalpingografi (HSG)
Histerosalpingografi (HSG) adalah Pemeriksaan secara radiologi organ reproduksi wanita bagian dalam pada daerah uterus, tuba fallopii, cervix dan ovarium mengunakan media kontras positif. Pemeriksaan ini biasanya sering dilakukan pada ibu-ibu dengan indikasi Infertil baik primer maupun sekunder.
Melakukan pemeriksaan HSG sesuai dengan SOP
SOP
Hasil gambaran HSG
Ordinal
2
Kontras
Suatu bahan yang sangat radiopaque atau radiolusen, apabila berinteraksi dengan sinar X, sehingga dapat membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya
Teknik pemasukan bahan kontras sesuai SOP
Parameter kualitas gambaran

Hasil gambaran HSG
Ordinal
3
Infertilitas
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
penatalaksanaan HSG
Pemeriksaan HSG
Hasil pemeriksaan dokter dan hasil pemeriksaan penunjang
Ordinal

Tabel 2.2 Devinisi Oprasional








BAB III
METODOLOGI PENEITIAN


3.1 Desain Penelitian
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini bersifat deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan teknik pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG) dengan Indikasi Infertilitsa di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu pada tanggal 06 April 2018.
3.3 Sumber Data
3.3.1    Data Skunder
Data skunder adalah data yang telah tersedia di lokasi penelitian, peneliti hanya bekerja mengumpulkan dan mentabulasikan kemudian dilakukan nalisis data (Sani,K,2016:76)
Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data skunder yaitu peneliti memperoleh sumber data daridata yang telah tersedia dilokasi penelitian.

3.4  Populasi dan Sampel
Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut sampel penelitian. Agar dapat dilakukan penelitian terhadap semua subbidang dan dengan biaya murah, peneliti dapat melakukan sampling atau pengambilan sample objek yang ditelitinya.
 (Notoatmodjo,2014,115)
3.4.1 Populasi
Pada penelitian ini populasi di ambil dari kunjungan pasien yang datang ke Instalasi Radiologi Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu dengan permintaan pemeriksaan HSG dengan indikasi Infertilitas
3.4.2 Sampel
Pada penelitian ini sampel di ambil dari 1 orang pasien dengan indikasi Infertilitas yang dilakukan dengan pemeriksaan HSG
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam menunjang Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengumpulkan data dengan cara sebagai berikut :
3.5.1    Studi Kepustakaan
Adalah metode dimana penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan membaca dari literatur yang berkaitan dengan HSG (histerosalfingografi) dengan Indikasi Infertilitas
3.5.2    Studi Observasi
Adalah metode dimana penulis mendapatkan informasi dan hasil dengan terjun ke lapangan secara langsung untuk mengetahui penatalaksanaan HSG (histerosalfingografi) dengan Indikasi Infertilitas di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu.


3.5.3    Dokumentasi
Penulis mengambil dokumentasi hasil gambaran radiografi dari pemeriksaan  HSG (histerosalfingografi) dengan Indikasi Infertilitas di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu.
3.5.3   Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari sesorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face ). (Notoadmodjo,2014:139)
Kuesioner
1.    Jenis kontras apa saja yang sering di gunakan dalam pemeriksaan HSG di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu ?
2.    Apa aja resiko yang akan terjadi jika pasien alergi terhadap bahan kontras ?
3.    Apakah setiap pemeriksaan HSG harus selalu dilakukan plain foto terlebih dahulu ?
4.    Apa saja persiapan yang dilakukan radiografer sebelum pemeriksaan dimulai ?
5.    Apa bila hanya salah satu tuba yang tersumbat apakah pasiem bias menghasilkan keturunan ?
6.    Apakan dengan pemeriksaan HSG ada kemungkinan terjadi kehamilan pada pasien ?
3.6       Instrumen yang digunakan dalam Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam study terdiri dari pesawat Pesawat rontgen konvensional, processing film, film Rontgen,  prosedur menghidupkan pesawat, mematikan pesawat dan prosedur pemeriksaan.
Sedangkan objeknya adalah pasien pemeriksaan HSG (histerosalfingografi) dengan Indikasi Infertilitas di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar